Greenhouse organik
hortikultura didefinisikan oleh The
International Society for Horticultural Science (ISHS) sebagai produksi tanaman hortikultura
organik (sayuran, tanaman hias dan buah-buahan) menggunakan input berasal hanya
dari sumber alami, non-kimia, dengan pengelolaan iklim mikro didalam
greenhouse.
Pasar untuk buah tomat segar akan terus berkembang, sehingga penting bagi petani untuk mengikuti perkembangan baru, penelitian dan uji coba varietas yang berbeda dan teknik dalam sistem hidroponik yang sesuai dengan tujuan hasil produksi mereka sendiri.
Di seluruh dunia, sebagian
besar greenhouse, atau sering disebut rumah tanaman, tetap menggunakan tanah
sebagai media tumbuh, tetapi di
negara-negara maju, seperti di Eropa, Amerika Utara dan Australia, greenhouse
dengan sistem hidroponik sangat mendominasi.
Di negara-negara maju di awal
tahun 1960, muali pindah ke greenhouse dalam produksi sayuran, yang
dikombinasikan dengan peningkatan kontrol lingkungan greenhouse, hali ini telah
mengakibatkan banyak peningkatan produktivitas dibandingkan dengan sistem
berbasis media tanah. Data yang saya dapat, telah menunjukkan bahwa selama 50
tahun produktivitas dalam greenhouse dengan kontrol iklim mikro didalamnya
telah meningkat 6,4% per tahun. Pada kenyataannya, 60 tahun yang lalu petani
tomat di greenhouse yang terbaik adalah
mencapai 20 kg/M2/tahun, dan sekarang yang terbaik petani dapat panen 80 kg/M2/tahun.
Mencapai seperti produktivitas
sebesar itu untuk di tanah sangat sulit sekali, dengan demikian usaha yang diperlukan untuk greenhouse organik
hidroponik, akan terus memerlukan peningkatan produksi jika produsen organik akan tetap
dalam bisnis sayuran dan buah organik.
Kontrol lingkungan pertanian
adalah sumber paling menguntungkan untuk pertanian yang intensif, dan dapat memungkinkan
pencapaian produktivitas setinggi mungkin. Meningkatkan kondisi lingkungan akar
adalah bagian penting dari ketersediaan tanaman dengan lingkungan yang optimal,
dan keseimbangan antara kelembaban, suhu, aerasi dan ketersediaan nutrisi
didalam tanah bukanlah media yang mudah
untuk memberikan tanaman dengan kombinasi yang ideal. Ketika kandungan ideal,
aerasi cenderung tidak memadai, dan ketika aerasi sangat ideal kemudian
kelembaban cenderung menjadi faktor pembatas. Untuk alasan ini kebanyakan petani,
produsen tanaman di greenhouse cenderung ke arah menggunakan media (seperti rockwool, arang sekam, cocopeat, coir,
dan gambut) yang memiliki lebih keseimbangan lingkungan akar,
Pertumbuhan tanaman di
greenhouse dengan media tanah seringkali menimbulkan masalah besar, tidak hanya
dalam hal kelembaban, dan aerasi, tetapi juga dalam hal gizi. Sebagai contoh,
untuk tanaman sayuran buah (tomat, ketimun dan melon), petani harus memerlukan jumlah cukup besar nitrogen, fosfor
dan kalium jika mereka ingin tanaman menjadi produktif. Jumlah ini jauh
melebihi tingkat maksimum nutrisi yang dapat diterapkan sesuai standar di
beberapa negara yaitu, P: 170 kg/ha/tahun dan P: 200 kg/ha/tahun.
Ini seharusnya memiliki
implikasi serius untuk jangka panjang bagi kelangsungan industri pertanian greenhouse berbasis tanah organik. Pilihan
sederhana yang lebih baik adalah menerima pengurangan yang signifikan dalam
produktivitas. Pengendalian hama penyakit di tanah dapat menjadi masalah lain
dengan produksi tanaman organik di greenhouse, di mana rotasi tanaman pilihan
sangat terbatas. Sebagian besar penyakit yang bekaitan dengan tanah dapat
dikendalikan oleh ketahanan benih terhadapa penyakit dan sampai saat ini,
kontrol nematoda yang digunakan adalah uap sterilise tanah. Tindakan ini
(ternyata) diterima untuk produksi organik, meskipun tampaknya benar-benar
melawan prinsip-prinsip organik, sebab hampir semua mikro organisme semuanya
tewas.
Jadi, salah satu solusi yang
mungkin adalah dengan menggunakan hidroponik, untuk memastikan bahwa tanaman
menerima nutrisi yang memadai, dikombinasikan dengan sistem re-circulating. Ini
akan mudah untuk dapat dicapai peningkatan produksi, bahkan di bawah peraturan
IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements) sekarang,
dengan menggunakan hanya dari nutrien alam (non-kimiawi), seperti rumput laut,
ikan, pupuk kandang, dll, untuk menyediakan nutrisi dari tanaman.
Pada akhirnya, pilihan yang
sampai saat ini bisa diterapkan adalah sistem aquaponic, di mana limbah dari
ikan diubah oleh bakteri dalam bio-filter menjadi nutrisi larut dalam tanaman,
yang kemudian diberikan kepada akar tanaman dalam sistem re-circulating.
Aquaponic terbaik dapat
didefinisikan sebagai kombinasi dari akuakultur dan hidroponik. Di aquaponic
ikan dan tanaman diproduksi dalam satu sistem terpadu, di mana limbah ikan
menyediakan sumber makanan untuk tanaman dan tanaman menyediakan alami dalam
air di mana ikan hidup. Faktor kunci adalah bio-filter, antara ikan-ikan dan
tanaman. Ini terdiri dari bakteri yang mengkonversi limbah ikan ke dalam larut
nutrisi bagi akar tanaman. Konversi kunci adalah amonia (beracun untuk ikan),
di mana nitrit dikonversi ke nitrat. Aquaponic mungkin adalah yang paling dapat
diterapkan untuk organik hidroponik keberlanjutan.
Dalam pandangan saya faktor
kunci untuk masa depan pertanian harus keberlanjutan. Sistem berbasis tanah
organik di greenhouse, pada kenyataannya tidak berkelanjutan, sedangkan sistem organik
hidroponik lebih berkelanjutan.
Memaksimalkan hasil dari tanaman tomat
hidroponik telah lama menjadi tujuan utama bagi petani komersial. Adanya pertumbuhan konsumen, yang berselera tinggi, praktis petani dituntut untuk
menghasilkan tomat berkualitas tinggi dengan citra rasa yang
khas.
Tomat, dalam
pertanian hidroponik
menghasilkan produksi terbesar pada skala dunia, walaupun sangat kompleks dalam
fisiologi dan teknik manajemen pertumbuhannya, karena dari mulai pertumbuhan
vegetatif, berbunga dan berbuah
semua harus tetap dipelihara secara bersamaan pada tanaman.
Sementara produk dan keragaman dalam budidaya tomat sistem hidroponik komersial telah menjadi salah satu cara dari petani untuk
memaksimalkan keuntungan dari tomat hidroponik dalam greenhouse, sistem ini lebih memerlukan tingkat ketarampilan yang lebih besar dan pemahaman tentang tanaman dan produksinya. Dengan perkembangan yang cepat dan akurat,
perumusan nutrisi
hidroponik dan pemantauan kebutuhan analisis kandungan gizi dari hasil tanamana, bisa cepat tersedia untuk petani, hal ini dimaskudkan untuk menjaga pemborosan
pupuk seminim mungkin.
Pasar untuk buah tomat segar akan terus berkembang, sehingga penting bagi petani untuk mengikuti perkembangan baru, penelitian dan uji coba varietas yang berbeda dan teknik dalam sistem hidroponik yang sesuai dengan tujuan hasil produksi mereka sendiri.
Seringkali, salah satu aspek yang paling
membingungkan dari hidroponik produksi tomat adalah memilih varietas yang baik
untuk tumbuh dan sesuai dengan pasar. Tomat
adalah tanaman yang telah menjadi subyek dari pemuliaan tanaman yang luas, dan
seleksi panjang atas periode waktu dan keragaman genetik jenis tomat, untuk memilih dari varietas tomat tampaknya
tak ada habisnya. Banyak varietas telah dipilih dan disilangkan dari berbagai
banyak generasi untuk menciptakan tanaman berbagai jenis, sistem tumbuh, lingkungan
dan jenis buah. Juga, pemulia tanaman
terus membawa varietas baru, hibrida yang ditingkatkan untuk produksi khusus
hidroponik di Greenhouse. Menjalankan
uji pada varietas baru setiap musim adalah salah satu cara petani komersial agar
dapat memilih mana varietas yang dapat mingkatkan produksinya.
Produksi dan Kualitas Flavor
Ada banyak linformasi dari seluruh dunia
yang menyatakan bahwa konsumen sering kecewa dengan rasa tomat segar, Hal ini
mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa varietas modern belum dibiakkan khusus untuk
rasa, atau karena mereka tumbuh secara intensif dengan penekanan pada hasil,
visual yang baik dengan kualitas dan umur simpan yang lama. Hal ini sangat
disayangkan karena tanaman tomat dapat dimanipulasi oleh program kandungan gizi
untuk meningkatkan kualitas buah.
Seleksi varietas yang berbeda juga
memainkan peran utama ketika mencari untuk meningkatkan rasa buah. Sejumlah
faktor dapat mempengaruhi rasa buah tomat, antaralain: genetik tanaman, tingkat
pencahayaan, suhu, stres air, salinitas, komposisi nutrisi hidroponik dan luas
daun (yang dipengaruhi oleh sistem hidroponik yang digunakan). Banyak variabel-variabel ini dapat dimanipulasi oleh petani
untuk meningkatkan rasa buah tomat buah.
Kekurangan cahaya
dapat menghasilkan gula yang rendah dan kandungan bahan kering yang kurang,
sehingga membatasi produksi fotosintat. Para peneliti telah menemukan
bahwa larutan padatan varietas tomat dapat meningkat secara signifikan di bawah
16-jam, dibandingkan dengan 12-jam dalam
hari, tapi itu keasaman buah tidak terpengaruh. Sedangkan Pengaruh musim terkait dengan perubahan di antara
cahaya dan suhu, yang memiliki pengaruh besar pada kualitas buah. Baik suhu dan warna
cahaya mempengaruhi buah tomat.Cahaya adalah faktor utama yang
menentukan tingkat fotosintesis tanaman, dengan jumlah gula dan bahan kering tersedia
ke buah. Suhu yang tinggi didalam greenhouse juga
sering dikaitkan dengan rendahnya kualitas buah
dan
serta gangguan pematangan.
Salah satu cara termudah untuk meningkatkan
rasa tomat terletak dalam zona akar. Bagaimana
petani mengelola input air dan pupuk adalah memiliki efek yang besar pada hasil
dan kualitas buah yang dihasilkan. Cara
termudah meningkatkan konstituen rasa buah tomat adalah untuk meningkatkan EC
darim larutan nutrisi
Produksi tomat hidroponik melibatkan
sejumlah kompleks interaksi antara tanaman genetika, lingkungan, dan
pengelolaan tanaman, yang masing-masing memainkan peran dalam hasil buah dan
penentuan kualitas. Namun, buah tomat memberikan banyak kesempatan bagi petani
- baik besar
dan
kecil - untuk memanipulasi baik pertumbuhan tanaman dan kualitas rasa dari buah
dengan penggunaan nutrisi, dan seleksi varietas. Dengan
informasi yang tepat dan percobaan, buah tomat dengan rasa luar biasa dan hasil
yang tinggi dapat dicapai dari berbagai produksi yang berbeda.